- Posted on
- Publikasi STIPAS
- No Comments
EKOLOGI INTEGRAL: MERAWAT IBU BUMI, MENJAGA MARTABAT INSANI
Sabtu, 09 Maret sampai Senin, 11 Maret telah dilaksanakan retret bersama siswa-siswi kelas XII SMK St. Yosefa di Wisma Family Center Labuan. SMK St. Yosefa adalah sebuah lembaga pendidikan kejuruan yang dikelola oleh para suster SSpS Flores Barat. Panti Pendidikan ini dibangun di sentrum destinasi pariwisata super premium, Labuan Bajo. Searah dengan kebutuhan pariwisata, lembaga ini dilahirkan untuk menciptakan kader-kader muda yang trampil dan professional dalam bidang tata busana dan multimedia. Lembaga formasi kawula muda ini sudah berusia tiga tahun. Dan tahun ini, lembaga ini akan melepaskan siswa-siswi angkatan perdana untuk meneruskan ziarah perjuangan menggapi hari esok. Mereka adalah para siswa-siswi yang datang dari berbagai tempat dan latar belakang. Jumlah mereka hanya 28 anak, namun memperlihatkan mutu dan kualitas yang mumpuni.
Menyadari pentingnya pendidikan karakter bagi kawula muda, lembaga Pendidikan SMK St. Yosefa Labuan Bajo mengadakan retret bagi para peserta didik. Retret ini dipandu oleh Tim Bible Center St. Arnoldus Janssen, sebuah lembaga milik bersama antara SSpS Flores Barat dan Provinsi SVD Ruteng.
Lembaga ini dinahkodai P. Yosef Masan Toron, SVD, salah seorang dosen Stipas St. Sirilus Ruteng dan sekaligus Ketua Komisi Kitab Suci Keuskupan Ruteng. Searah dengan program pastoral keuskupan Ruteng tahun 2024, ziarah rohani ini mengusung tema: “Ekologi Integral: Merawat ibu bumi dan menjaga martabat insani”. Tema ini mengajak para peserta didik untuk menyadari tanggungjawab ekologis, baik ekologi eksternal maupun ekologi internal. Ekologi selalu dipahami sebagai habitat, tempat diam. Bumi sebagai habitat dan tempat diam manusia menurut Paus Fransiskus adalah ibarat ibu dan saudari yang sedang meratap dan menangis karena diperlakukan secara tak manusiawi. Tak hanya habitat eksternal, tetapi juga habitat insani. Harkat dan martabat manusia sedang mengalami ujian dan tantangan berat. Human trafficking, KDRT dan pelbagai praktek kenakalan remaja menjadi bukti nyata kerusakan lingkungan insani.
Masalah ekologi insani juga sedang menjadi bagian ziarah kawula muda menuju hari esok. Menyikapi persoalan ekologi insani yang mewarani hidup kawula muda, P. Yosef Masan Toron, SVD, berpijak pada Madah Penciptaan (Kej 1:26-31) mengajak peserta untuk menyadari diri sebagai ciptaan yang bermartabat. Allah menciptakan manusia sebagai mahkota ciptaan dan memberikan mandat untuk menjaga dan merawat tubuh sebagai hasil karya Allah yang bermartabat. Selanjutnya Br. Thomas Runesi, SVD, merujuk pengajaran Paulus tentang keluhuran tubuh sebagai bait Roh Kudus (1 Kor 6:18) mengajak para peserta untuk menjaga dan merawat tubuh. Akhirnya Sr. Melania Erni, SSpS, dalam spirit perutusan 70 murid (Luk 10: 1-12) mengingatkan peserta didik bahwa mereka tak pernah sendirian dalam pertarungan menuju hari esok. Perjuangan membangun hari esok adalah ibarat perjuangan seekor anak domba di tengah serigala. Ada banyak tantangan dan kesulitan yang bakal dihadapi. Namun Tuhan tak pernah ingkar janji. Dia selalu hadir sebagai Bapa dan rekan perjalanan. Asupan rohani membawa hasil maksimal. Siswa-siswi SMK St. Yosefa sebagai peserta didik menyadari realitas diri, kelebihan dan kekuarangan, keuggulan dan kelemahan dalam ziarah yang sedang dijalani. Mereka jujur membagi pesan dan pengalaman. Bahkan mereka iklas memohon maaf dan ampun melalui ritus pembasuhan kaki. Mereka membangun ikrar bersama untuk terus berjuang menggapai hari esok sambil mendendangkan syair lagu Marthin Luther King, Jr: “I have a dream”. Niat dan ikrar mereka akhirnya disatukan dalam perayaan misa Syukur penutupan. Dalam ekaristi, bersama kurban Kristus, mereka membangun ikrar bersama untuk menjaga keluhuran martabat manusia, merawat ibu bumi dan berjuang menggapai bintang masa depan. Mereka sadar, bahwa jalan menggapai bintang tidak selalu mudah. Namun dalam retret, mereka menemukan bahwa bersama Tuhan, semuanya bisa menjadi mungkin. Selamat berjuang. Tuhan memberkati.