Dr. Hironimus Bandur, S.Fil, M.Th, salah satu Dosen dan Peneliti STIPAS St. Sirilus Ruteng dan Imam diosesan Keuskupan Ruteng telah meraih Gelar Doktor Studi Islam Konsentrasi Kajian Antar Iman (Interfaith) Pada Universitas Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 29 Agustus 2022. Mensyukuri Raihan Gelar Doktor ini Keluarga dan Civitas Akademika STIPAS St. Sirilus Ruteng Mengadakan Misa Syukuran yang Dilaksanakan Di Kampung Kois, Desa Munting, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat pada hari Jumat, 6/1/2023. Misa syukuran Raihan Gelar Doktor dari Dr. Hironimus Bandur ini dipimpin oleh Vikjen Keuskupan Ruteng Romo Drs. Alfons Segar, MS.PS dan Dihadiri oleh Provinsial SVD Ruteng P.Dr. Paulus Tolo, S.Fil, M.Th serta beberapa Imam Konselebran yang hadir mengikuti misa.

Pater Dr. Paulus Tolo, S.Fil, M.Th selaku Pemberi Homili/Khotbah dalam misa ini menyampaikan bahwa Paus Benediktus XVI menulis ensiklik pertamanya “Deus Caritas Est” (Allah adalah kasih). Di dalam ensiklik tersebut sri paus yang dimakamkan kemarin 5 Januari 2023 menguraikan kasih yang berasal dari Allah dan bahwa manusia hidup karena kasih tersebut. Allah adalah kasih pertama tama mengasihi manusia dan menanamkan pengalaman kasih tersebut dalam diri setiap manusia.

Pernyataan kasih paling agung dari Allah kepada manusia adalah peristiwa natal yang kita baru rayakan. Dalam peristiwa natal, Allah yang tak kelihatan menampakkan diri dalam rupa seorang manusia Yesus Kristus. Oleh karena itu Yesus Kristus yang lahir di Betlehem adalah penampakkan Allah kepada manusia sehingga manusia bisa mengenal Allah dengan lebih mudah. Dalam perayaan natal kepada kita diperdengarkan bahwa terang yang besar telah bersinar di tengah kegelapan. Kegelapan tidak dapat bertahan di hadapan terang besar tersebut. Kata terang, cahaya selalu digunakan dalam bacaan-bacaan liturgy seputar perayaan natal.

Perayaan hari inipun ungkapan yang sama kita dengar dalam bacaan pertama. “Bangkitlah, menjadi teranglah, karena terangmu datang”.

Apa maksud terang yang diwartakan oleh nabi Yesaya?

Konteks dari warta tersebut adalah peneguhan harapan bagi sisa-sisa Israel setelah pembuangan dari Babilonia. Bangsa Israel yang tinggal sedikit tersebut putus asa, tidak ada harapan lagi sebagai bangsa. Segala masa jaya waktu Israel sebagai kerajaan telah hilang. Dalam situasi demikian Nabi Yesaya memberikan kekuatan, memberi semangat bangkitlah, terangmu sudah datang, menjadi teranglah.

Dengan menggunakan kata terang, sisa orang Israel tersebut tersadar dan mengenangkan kembali pengalaman orang Israel yang mengembara di padang gurun selama 40 tahun. Dalam perjalanan yang panjang itu Israel dibantu oleh tiang api, tiang terang yang menyinari perjalanan mereka di padang gurun. Oleh karena itu terang, tiang api menjadi tanda kehadiran Allah dalam seluruh perjalanan hidup orang Israel sekalipun keadaan mereka sekarang tinggal sedikit. Hadirnya Allah dalam ziarah hidup dialami oleh abuna Dr. Hiro Bandur dan para putra – putri Kois yang telah menyelesaikan studi atau berhasil dalam berbagai pergulatan hidup. Tiang api kehadiran Allah itu dirasakan oleh mereka yang mengucapkan syukur pada hari ini. Tidak hanya mereka, kita yang hadir di tempat ini pun mengalamai tiang api kahadiran Allah dalam hidup kita masing-masing. Terang yang sesungguhnya telah datang ke dunia dalam diri Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah cahaya yang menerangi manusia yang diliputi oleh kegelapan dosa. Dengan terang tersebut, manusia akan menjalani hidupnya secara makin manusiawi. Semakin orang mengenal dan akrab dengan Yesus Kristus terang sejati itu, ia akan menjadi semakin manusiawi. Karena Yesus Kristus adalah manusia sempurna yang diutus Bapa. Semua orang yang ada dalam kegelapan dapat memandang Yesus sebagai manusia sempurna yang memampukan setiap manusia menjadi makin manusiawi. Itulah sebabnya sang Nabi Yesaya berseru: jadilah terang karena terangmu telah datang. Nabi Yesaya juga menyerukan bahwa banyak bangsa mencari terang tersebut. Mengapa? Semua bangsa ada dalam kegelapan. Kegelapan sudah meliputi semua bangsa di bumi ini. Kegelapan dapat kita mengerti sebagai dosa ataupun kegelapan dalam pengetahuan. Dalam konteks perayaan hari ini kegelapan itu adalah kegelapan dalam pengetahuan. Kegelapan dalam pengetahuan telah dihalau oleh adanya putra-putri Kois yang telah menjadi terang setelah bertemu dengan sumber terang sejati Yesus Kristus.

Bila kegelapan kita pahami sebagai dosa maka dosa yang telah membutakan manusia pada jaman ini adalah masa bodoh. Masa bodoh sudah menghinggapi hati manusia jaman ini sehingga sri Paus Fransiskus menyebutkan sebagai “masa bodoh global”. Maraknya masa bodoh global tersebut dilukiskan secara amat bagus dalam bacaan injil hari ini. Sikap dua orang besar, mewakili imam dan religius, sungguh nyata berhadapan dengan orang yang sedang mengalami kesulitan, kesusahan. Masa bodoh tersebut diungkapkan dengan mencari jalan lain di seberang jalan, tidak mau terlibat. Ada perasan tidak mau repot, tidak mau dirusakan kenyamanan yang sedang dialami. Ini menjadi godaan yang amat nyata dalam hidup manusia dewasa ini, juga di tempat kita. Ada banyak contoh yang menunjukkan sikap masa bodoh tersebut.

Di tengah kegelapan masa bodoh global dan juga local tersebut, terang telah datang. Yesus Kristuslah yang telah menjadi teladan dalam meruntuhkan masa bodoh tersebut. Dia sendiri menunjukkan cara untuk menghilangkan masa bodoh. Hal itu ditunjukkan dalam diri orang Samaria yang baik hati itu. Orang samaria menampilkan sikap kompasion, bela rasa. Tidak hanya dengan kata tapi dengan perbuatan nyata. Dia turun dari kuda, membalut luka, menyiran minyak, menaikan orang sakit ke atas keledai. Dia bertindak, melepaskan segala kesibukannya, kenyamanannya untuk membantu orang yang sedang menderita. Inilah Yesus Kristus yang memberikan contoh nyata bagaimana menjadi manusia yang manusiawi bagi orang lain. Inilah cinta kasih yang mengatasi segala batas-batas orang luar – orang dalam. Inilah yang meruntuhkan tembok pemisah atas berbagai aliran, kelompok dan agama. Hanya dengan menaruh perhatian pada manusia lain, sesama kita maka kita menjadi semakin manusiawi. Semakin kita menjadi manusiawi maka semakin kita menjadi serupa dengan Allah.

 Setelah Perayaan Misa Selesai dilanjutan dengan acara Resepsi dan Sambutan dari Ketua Panitia, Romo Vikjen Keuskupan Ruteng, Bupati Manggarai Barat yang diwakili Oleh Kadis Kominfo Manggarai Barat dan Dr. Hironimus Bandur, S.Fil, M.Th.

Dalam sambutanya Dr. Hironimus Bandur S.Fil, M.Th menyampaikan ucapan terima kasih kepada Keuskupan Ruteng dan Lembaga STIPAS St. Sirilus Ruteng yang telah mengutusnya untuk melanjutkan Studi Doktoralnya di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dr. Hiro Juga menyampaikan ucapan Terima Kasih Khusus kepada DITJEN Bimas Katolik Kementerian Agama RI yang sudah membiayai kuliahnya melalui Beasiswa Studi Doktoral (S3) di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dr. Hiro juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada keluarga dan panitia yang sudah mempersiapkan Misa Syukur untuk Raihan gelar Doktornya ini. Selain sambutan rangkaian acara juga ditampilkan oleh anak-anak sekolah mulai dari tingkat SD, SMP, SMA/SMK dan Mahasiswa/I STIPAS St. Sirilus Ruteng serta sumbangan lagu dari Dosen STIPAS dan undangan lainya.

Proficiat Untuk Dr.Hironimus Bandur, S.Fil, M.Th atas Atas Raihan Gelar Doktor Studi Islam Konsentrasi Kajian Antar Iman (Interfaith) Pada Universitas Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dan selamat mengabdi untuk Keuskupan Ruteng dan Lembaga STIPAS St. Sirilus Ruteng. STIPAS Ruteng, 6/1/2023** Jey Lejo, S.I.Kom

2 Comments

Leave a Comment